Memetik Buah

by - Sabtu, April 23, 2016

Sore itu aku, baru pulang dari tempat kerjaku. Dinyalakan sepeda motorku lalu tancap gas, maklum jalanan kota Bandung di Sabtu siang memang sedang ramai-ramainya, apalagi dari arah Dago. Dengan membonceng Lia teman sekantorku yang seorang designer graphis, kami pun mengobrol sembari melewati panasnya jalanan siang itu.
Tiiiiiiiin!!
Suara klakson dari sebuah sepeda motor 150cc membuyarkan obrolan kita.
“Biasa aja kali jalan masih lega ini!” kataku dengan nada yang cukup tinggi, “Hahaha aneh dasar tuh orang,” balas Lia mengomentari omelanku barusan.
 Banyak sekali tipe orang di jalanan, ada yang sukanya marah-marah di jalan seperti Bapak barusan, ada yang hobinya benyanyi, ada juga yang entah dia memang pembalap atau memang gaya bermotornya seperti itu yang sering membuat banyak pengguna jalan shock.
Setelah kejadian itu, kami lanjutkan perjalanan—tidak lupa obrolan kecilpun sering terlontar dari mulut kami yang memang di tempat kerjaan bisa di bilang ‘konyol’. Sampai juga di perempatan Dago.
 “Disini aja ya, soalnya ada polisi di depan hehe,” kata ku
“Oh iya Ka, disini aja makasih ya hati-hati di jalan,” balas Lia. Tentu saja aku tidak mau di tilang polisi karena membonceng dia yang sedari tadi tidak memakai helm, jadi terpaksa aku turunkan dia di situ.
Lalu aku pun menarik gas sepeda motorku agar terhindar dari macet karena aku harus pergi ke kampus untuk membayar uang kuliahku. Tapi tetap saja macet tidak bisa aku hindari di Sabtu siang menjelang senja, dimana banyak orang yang hendak pergi hanya untuk melaksanakan ritual ‘malam mingguan’. Sampailah aku di kampus, dan ternyata sesampainya di kampus sedang dilaksanakan acara lomba paskibra tingkat SMP.
Aku parkirkan sepeda motorku, dan segera berjalan melintasi kerumunan anak laki-laki SMP yang sedang menonton acara lomba tersebut.
“Jar, itu bagian kamu tuh,” ujar seorang anak SMP menggoda temannya untuk menggoda aku yang sedang berjalan. Heuh gatau apa gini-gini aku tuh udah kuliah!dan umurku mungkin 10 tahun lebih tua dari kalian.
Memang ukuran tubuhku terbilang kecil untuk ukuran seorang mahasiswi, tapi memangnya segitu kecilnya ya sampai aku pun di usili oleh si bocah SMP itu? Haha sudahlah. Sampailah aku di ruang pembayaran kuliah, disana ada Pak Baehaqi sedang mengobrol dengan seorang calon mahasiswa yang sepertinya hendak mendaftar kuliah. Akhirnya tiba giliranku, kubayar sejumlah uang yang setiap bulannya harus aku penuhi demi kelancaran kuliahku. Selesai sudah administrasi bulananku, kunyalakan motor kembali menuju rumah, tempat aku pulang.
Sialan, batinku. Baru saja keluar dari kampus sudah macet begini, yasudahlah namanya juga malam minggu. Akhirnya 10 menit lagi aku sampai di rumah, tiba-tiba
Ngek…ngeek
Mesin sepeda motorku mati.
Ku coba men-starternya lagi.  
Tetap saja mati, ku buka tutup tangki bensin dan melihat isinya. Sial, bensinnya habis. Padahal tinggal sebentar lagi aku sampai di rumah. Akhirnya mau tak mau aku harus mendorong sepeda motorku. Dengan susah payah aku mendorongnya, sesekali aku berhenti untuk istirahat sekedar minum air mineral yang sedari tadi sudah ada di bagasi depan motorku. Kulanjutkan lagi acara mendorong sepeda motor ini, rasanya seperti sudah ngegym selama 2 jam! Geraaaah capek! Gumamku dalam hati.
“Kenapa neng di dorong motornya?” Tanya seorang lelaki paruh baya yang sedang menunggu dagangannya.
“Ini pak, bensinnya habis,” jawabku
“Itu di depan ada POM bensin neng,” kata si bapak lagi
“Iya pak makasih,” ujarku
Ya Tuhan, tidak adakah orang yang mau membantuku?

***
Hampir 10 menit aku mendorong sepeda motorku, tak kuat lagi rasanya, padahal SPBU sudah berjarak sangat dekat. Akhirnya pertolongan itupun tiba setelah hampir puluhan bahkan ratusan sepeda motor yang lewat ada juga yang masih berbaik hati mau membantu.
“Kenapa teh bensinnya habis?” suara seorang pemuda mengagetkanku dari belakang
“Iya kak, bensinnya habis.” Jawabku
“Boleh saya bantu dorong motornya?” kata pemuda tadi menawarkan bantuan. Aaaah akhirnya ada yang mau menolong.
“Memangnya nggak ngerepotin kak?”
“Engga apa-apa ko, ayo!”
Akhirnya dia membantuku mendorong sepeda motorku dengan cara ‘di step’.
“Udah kak, sampai sini saja makasih ya,”
“Iya sama-sama, lain kali kalo motor matic jangan sampai habis bensinnya.” kata si pemuda itu. “Iya makasih sekali lagi,” jawabku dengan semangat. Ku isi bensin sampai penuh! Akhirnya motorku bisa berjalan lagi. Terima kasih kepada pemuda tadi yang entah siapa namanya sudah berbaik hati menolongku.
Banyak hal yang aku dapat dari serangkaian kejadian hari ini. Berbuat baik itu tak perlu dengan mengeluarkan uang, tak perlu harus diliput seperti kebanyakan yang ada di layar kaca. Berbuat baik bisa dilakukan kapanpun, dimanapun, dan pada siapapun. Bahwa sekecil apapun kebaikan yang kamu tanam, suatu hari nanti pasti akan membawa kebaikan pula untukmu.

***





You May Also Like

0 komentar

FOLLOW ME ON INSTAGRAM